Laporan Pertanggung Jawaban

Nah, ini yang udah beberapa waktu ini nyentil saya. Buanget. Yang di info itu, lho. Music, Book, Movie, Tv Show, saya kan harus jelas sukanya kenapa. Nah, karena di Facebook sempit, saya taro di sini aja.

Music :
Norah Jones. Durhaka betul kalau saya tidak menaruh ia di musik favorit. Lha, ibu ini yang ngenalin saya ke Jazz, koq. Saya suka suara serak manja-nya. Dan, yah, kesan “have been thru a lot”nya itu, lho. “Was in despair but still playful”. Yang masih terngiang: Not My Friend –Suka banget sama intronya- ; My Dear Country –Whoaaa, gregorian sekali. Plus, tema politik? Hm.- ; Carnival Town –Bayangkan diri anda sedang bermain di taman bermain. Sendirian. Jangan. Bayangkan kota ini tempat berpesta, namun tidak ada satu orangpun kecuali anda.- ; Seven Years –Tentang menari?- ; Painter Song ; One Flight Down; The Nearness of You; the Long Day is Over ; Cold Cold Heart – yang genit :p –

Jamie Cullum. Tidak terlalu banyak lagunya yang saya ingat. Tapi, aksi panggungnya dan gaya dia yang playful itu, lho. I (minor) hype this chub. Old Devil Moon, Mind Trick, Twenty Something,
Michael Buble. Paradoks penyanyi satu ini adalah ini: Klasik namun Modern. Gimana, ya, doski sering bawain nafas-nafas lama dengan gaya yang sama sekali ndak kuno, sih. Well, name, Wonderful Tonight. Dan, jangan lupa, nyanyi diiringi big band seperti pada Feeling Good? Hype Hype Hype!
RAN. Belum banyak, sih. Reza sampe kira saya penggemar yang punya seluruh albumnya. Baru kepincut Tunjukkan Cintamu sama Ratu Lebah.
Maliq N d’Essentials. Buanyaaakk. Tapi, yang sekarang inget: Kita Jatuh Cinta.
Andity. Walaupun saya tidak terngiang kualitas-kualitas mengagumkan dari penyanyi ini, tapi, masih inget, koq, lagu Merenda Kasih dan Marah yang dia bawakan.
Bibus. Agak-agak lupa, tapi dulu sempet hype.
Bandanaira. Apalagi kalau bukan pembawaan lagu-lagu Nusantara dengan gaya Jazz? Cinta Indonesia, misalnya.
Mocca
Dewi Lestari. Waktu masih album Out of Shell.

Laporan Pertanggung Jawaban

Nah, ini yang udah beberapa waktu ini nyentil saya. Buanget. Yang di info itu, lho. Music, Book, Movie, Tv Show, saya kan harus jelas sukanya kenapa. Nah, karena di Facebook sempit, saya taro di sini aja.

Music :
Norah Jones. Durhaka betul kalau saya tidak menaruh ia di musik favorit. Lha, ibu ini yang ngenalin saya ke Jazz, koq. Saya suka suara serak manja-nya. Dan, yah, kesan “have been thru a lot”nya itu, lho. “Was in despair but still playful”. Yang masih terngiang: Not My Friend –Suka banget sama intronya- ; My Dear Country –Whoaaa, gregorian sekali. Plus, tema politik? Hm.- ; Carnival Town –Bayangkan diri anda sedang bermain di taman bermain. Sendirian. Jangan. Bayangkan kota ini tempat berpesta, namun tidak ada satu orangpun kecuali anda.- ; Seven Years –Tentang menari?- ; Painter Song ; One Flight Down; The Nearness of You; the Long Day is Over ; Cold Cold Heart – yang genit :p –

Jamie Cullum. Tidak terlalu banyak lagunya yang saya ingat. Tapi, aksi panggungnya dan gaya dia yang playful itu, lho. I (minor) hype this chub. Old Devil Moon, Mind Trick, Twenty Something,
Michael Buble. Paradoks penyanyi satu ini adalah ini: Klasik namun Modern. Gimana, ya, doski sering bawain nafas-nafas lama dengan gaya yang sama sekali ndak kuno, sih. Well, name, Wonderful Tonight. Dan, jangan lupa, nyanyi diiringi big band seperti pada Feeling Good? Hype Hype Hype!
RAN. Belum banyak, sih. Reza sampe kira saya penggemar yang punya seluruh albumnya. Baru kepincut Tunjukkan Cintamu sama Ratu Lebah.
Maliq N d’Essentials. Buanyaaakk. Tapi, yang sekarang inget: Kita Jatuh Cinta.
Andity. Walaupun saya tidak terngiang kualitas-kualitas mengagumkan dari penyanyi ini, tapi, masih inget, koq, lagu Merenda Kasih dan Marah yang dia bawakan.
Bibus. Agak-agak lupa, tapi dulu sempet hype.
Bandanaira. Apalagi kalau bukan pembawaan lagu-lagu Nusantara dengan gaya Jazz? Cinta Indonesia, misalnya.
Mocca
Dewi Lestari. Waktu masih album Out of Shell.

Err.. hai

Err.. hai.
Sudah cukup lama saya tidak “buang hajat” di sini, ya. Saya terlanjur cinta pada ujung presisi pena, bau arang pensil, dan garis-garis horizontal (yang mirip partitur,) pada kertas. Saya sibuk mengkhayal, membuat lingkaran-lingkaran peta pikiran, Charta, Diagram, Struktur, Tanya-Jawab, Permasalahan-Penyelesaian, Sebab-Akibat, dan... (berniat meneruskan serapah ini? Tak usah, ya.)
Kini, saya kembali untuk memberi pertanggungjawaban. Saya menghadap kamu sekarang untuk menjelaskan keadaan kita yang lalu dan kini, juga apa yang akan kita lakukan kini dan nanti.
Saya baru sadar blog ini membosankan pembaca. Dan, yaaah, apa yang bisa saya harapkan dari blog yang isinya kisah sehari-hari? (dan itupun tidak vulgar, sebagaimana yang disukai pangsa pasar media). Eh, saya malah berharap dapat komentar. Lucu, kan? Mengharap dapat komentar atas apa yang sebenarnya dialami sehari-hari. Itu kalau masih komentar, lha, ini? Kadang saya ngarepnya dipuji. (Kalo kelewat, bilang aja.) Karena itu, saya akan mulai mengorganisir. Liat label-label posting pada blog ini? Kelihatan sekali saya tidak niat membuat semua ini teratur. Itu akan kita ubah. Saya menawarkan 3 label besar: Idea Vault, The World Reviews dan Ember Muntah (Err.. bisa diganti).
Idea Vault akan menampung gagasan-gagasan saya yang seharusnya bisa hidup. Daripada menunggu konsep-konsep ini dibayar, saya jejerkan saja gratis. Toh, sebenernya, originalitas itu ndak ada. Ide sebenarnya adalah materi energi. Ia bisa saja melompat dari cerebrum yang satu ke cerebrum lain. Ini yang memungkinkan adanya pembacaan pikiran. Nah, kalo saya sebenarnya tidak sadar mengambil ide orang yang lewat atau yang blognya saya mampiri, moso’ saya harus minta bayar atas ide tersebut? Yah, lain urusan kalo nanti saya beneran kerja dan dikasih proyek (serta diberi tugas konsepsi rancangan).
Ember Muntah (atau apapun nama lainnya nanti), tentu saja, akan menjadi penampung omel-omel personal saya. Be it infatuations, perils, travails, you name the mood! Karena ini label besar, mungkin akan saya perinci menjadi beberapa label kecil. Khusus yang ini, mungkin berdasarkan mood.
The World Review, sebagaimana ia berbicara, akan menjadi ruang saji bagi ulasan-ulasan saya atas apa saja. Dan, yah, label kecilnya –kemungkinan- : Seni Berwujud (Produk Kreatif –Kuliner, Musik, Teks, Gambar), Pertujukan Seni (Acara, tentu), Fenomena (D’oh, apa saja yang terjadi.), dan, mungkin, produk (Err.. Shower Cream, misalnya :D )
Yah, nanti, mungkin, rancangannya saya buat di kertas dulu.
Sebelumnya, ayo kita cari-cari kekurangan si blog ini:
- Templatenya gimana? >> Saya, koq, ndak tega menggantinya, ya? Kemungkinan, saya akan buat 3 blog baru dengan template yang berbeda. Karena, moodnya juga beda, toh? Paling nanti maling dari btemplates.com
- .... >> (Sebelum dikasih tau masalahnya, saya sudah buat jawabannya) Eksposur diri saya akan diperbanyak. Dengan achtung! Achtung!, tentunya (*Peringatan. Tau sendiri gimana galaknya saya di fezbuk)
- ... >> Iya, iya. Nanti saya buatkan button yang banyak. Untuk apa saja, sih? Twitter, IM, Plurk
- ... >> Hyperlink di tiap post akan lebih dibuat tahu diri. Kalo udah jelas-jelas merujuk pada informasi yang terdapat di situs tertentu, atau pihak tertentu, mbok yo dibuatkeun tautannya.
- ... >> Formatting? Termasuk di template, lah. The mood, mon bebe, is the fatal embryo.
Ada lagi, nteu? Sambungannya belakangan, lah. Serius, saya harus balik lagi ke Speedy biar lebih puas berselancarnya.

3 Fiksi; (masing-masing) 5 Baris; tanpa tanda baca: (Kecuali judulnya ini)

**dituliskan berdasarkan urutan lahir

Jikapun kelak saya jadi laki laki saya saya akan jadi laki rumah tangga yang serba bisa manajemen domestik rumah uang masyarakat keluarga setiap kali ia pulang saya akan menemaninya duduk di sofa ruang santai menanyakan kabarnya lalu memberi sentuhan masseus pada tangannya punggungnya lalu naik lagi ke kepalanya kemudian kakinya menggelitiknya sedikit sampai ia lebih meluapluap lalu menemaninya mandi berendam dalam air hangat yang telah saya taburi kelopak mawar


Berada di atas tidak selamanya memuaskan kadang saya kepingin mencicipi posisi yang pasif dan pasrah saja bukankah memang sifat manusia yang menginginkan apa yang ia belum punyai dan mengidamkan yang belum ia rasakan saya tidak salah dong jika sesekali melemahkan diri dan membiarkan yang lain menang permainan dibuat untuk menyenangkan pemain bukan memenangkan semuanya jika kebutuhan saya adalah untuk menjadi lemah mengapa saya harus berlelahlelah mengejar semuanya kusir saya adalah kebutuhan bukan ambisi untuk menang


Setelah mengenakan handuk ia akan membopong saya ke kamar tidur biasanya jika siangnya saya tidak terlalu sibuk tempat tidurnya pun sudah ditaburi kelopak mawar jendela sudah tersingkap tirainya lampu jingga dan suasana kamar dibuat temaram di kamar tidak saya sediakan minuman biasanya karena di kamar mandi tadi saya sudah siapkan susu madu hangat kopi hazelnut dengan sirup mint dan cheeseloaf coklat bolabola dan anggur semua aphrodisiac agar ia kembali meluapluap

By the End of the Book. (PresUniv, UI-UGM, STAN, UNPAR)

-Ini sebenarnya saya curang, lho. Curang sekali. Ini bukan postingan blog, melainkan postingan thread di sebuah forum. Karena udah janji sama Kak Rina supaya ada yang bisa diceritain, here goes.-

(Ini harusnya ditaruh di Kampus atau Sekolah, sih? )
Err.. Mungkin ini bisa buat temen-temen kelas 3 lain yang bakal lanjut kuliah juga.
Begini: Tanggal 19 Oktober tahun ini, saya ikut tes beasiswa President University yang diadakan skala regional.
Tanggal 21, Acceptance Letter yang menyatakan bahwa saya meraih beasiswa kategori 1 (Full Tuition Fee Coverage) sampai melalui surel. Bapak saya jadi orang pertama yang saya beritahu. Tapiii.. err, responnya itu, lho. Ngasih selamet aja, ndak - -" Dan, yaaah, itu beasiswa cuma dilihat sebagai bagian dari promosi marketing si kampus untuk dapet mahasiswa - -"
Akhir Oktober, Acceptance Letter berikut Brosur sampai melalui surat pos.
Awal November, Telepon dari pihak kampus, memberitahukan bahwa bukti pengiriman uang sejumlah IDR 3 Juta untuk biaya Matrikulasi pra-kuliah telah sampai atas nama saya. Juga, mengingatkan kembali untuk mengirim kembali Acceptance Letter setelah ditandatangani.
(Ternyata si bapak mau jg ngirim. Pas ditanya, katanya untuk menghargai saya yang udah susah-susah tes.)

Sampai sekarang, pembicaraan kami adalah seputar: Saya yang meyakinkan bapak tentang President University, dan bapak yang memaksa untuk ikut tes STAN (Beliau ingin saya masuk situ), juga ikut tes UI, UGM.
Dan, yah.. untuk menambah jejeran opsi, saya juga melirik UNPAR karena reputasinya yang bagus untuk jurusan Hubungan Internasional.

Untuk STAN, saya sama sekali tidak berminat. Ekonomi, perencanaan finansial, dan ilmu manajerial memang termasuk bidang-bidang yang saya minati. Namun, untuk S1 ini, saya sudah punya rencana duluan. Saya ingin ilmu luas. Yang tidak praktis. Politik? Saya kepincut HI duluan.

Untuk UI-UGM, belum yakin juga kalau tes bisa diterima.

Dan, mengenai acuan kerja nantinya, bidang-bidang yang menjadi incaran saya adalah: Organisasi Non-pemerintah, dan Industri Media.
-Pilihan kedua dan ketiga untuk jurusan perkuliahan yang saya ambil adalah Kewirausahaan dan Jurnalistik. Daaann, dulu sempat (dan sekarang masih)
tertarik pada Antropologi.

Okeee... mulai ngalur-ngidul - -"
Sampai hari ini, keputusan masih lebih condong ke President University. Itupun saya sudah berusaha melupakan mimpi-mimpi terdahulu untuk tinggal di Bandung (ikut klub Fotografi, ikut klub Menulis, Hunting bahan baju+ tukang jait untuk bikin baju sendiri )

*Lha, terus masalahnya apaan?
Yah, itu. Kalau ada yang kebetulan mampir ke thread ini bisa ngasih pertimbangan untung-rugi nya, menambah referensi saya (dan mungkin bisa dipake teman-teman lain).
Dan, yaaahh, setidaknya, saat memilih nanti, saya akan memilih dengan disertai pengetahuan. Intuisi tetap berjalan, namun disertai pengetahuan. Setidaknya bukan tebak-tebak berhadiah, walaupun itu juga mengasyikkan.
Kebetulan punya waktu untuk berbagi referensi?
Terimakasih!

Kontraproduktif.

Hello again.
Entah sejak kapan –mungkin 2 mingguan ini saya merasa dihujani tanggung jawab. Dunia melebar; tangisan manja membanyak. Semua –termasuk tubuh saya minta diperhatikan.
Mulai dari yang menemani saya saat pergantian hari, deh: Kamar tidur. Aduh, luar biasa berantakannya. Paperwork –mulai dari buku, majalah, sampai kertas ulangan harian- , kosmetik, elektronik, sampai sampah-sampah kecil; semua dengan jahatnya berserakan di kamar saya. Beberapa hari yang lalu, sih, sempat lebih ringkas. Saat ada waktu, saya kelompokkan tiap-tiap barang. Masalahnya, bidang datar untuk meletakkan barang di kamar saya itu terbatas. Belum lagi ada aplians elektronik yang mati suri di sini: komputer personal milik abang, komputer personal milik saya –yang jablay semenjak saya punya suami baru (si lappie), sampai speaker milik abang. Ada juga yang masih rajin disentuh: Televisi kecil –yang tadinya besar, namun ditukar dengan jahatnya oleh kakak saya-, konsol PS2 yang sesekali dimainkan sepupu saat main ke sini. Kardus-kardus mau dihitung? Di kamar saya ada 5! Beberapa memang jadi tempat berteduh (sementara) buku-buku pelajaran kelas 11 –beberapa yang lain jadi tempat ungsian baju-baju abang saya.
Ya, saya mengerti: Ini lebih mirip gudang daripada kamar, kan? Sayangnya, saya tidak tega membiarkan buku-buku saya kedinginan, kesepian, dan diganggui tikus-tikus, jika ditaruh di gudang belakang. Saya harus sempat membersihkan gudangnya, meletakkan wewangian, memperbaiki kursi selonjoran; sayangnya. Sayangnya, sesuai pembukaan saya, dunia sedang minta diperhatikan.
Mari, temani saya membuat daftarnya sesuai lokasi:
- Sekolah: Saya menjadi penggagas Smansa Art Week. Sayangnya, sekolah sedang tidak bisa mengakomodir agenda-agenda lebih banyak lagi. Eh, saya malah dijadikan koordinator kompetisi berdongeng dalam bahasa Inggris. Kesannya, koq, politik citra sekali, sih? Lihat saja lomba-lomba lainnya: Kompetisi membuat dan meluncurkan roket air, Cerdas cermat tata tertib sekolah (mi dios!). Tapi, ada yang menyenangkan, walaupun tidak termasuk perlombaan: akan ada delegasi dari ASEAN yang akan ke sekolah saya. Entah apa yang akan mereka lakukan. Tapi, ini kelihatannya akan menyenangkan. Dan, berguna sebagai referensi, tentunya. Karena, pada International Relations majoring yang akan saya ambil, ASEAN charter termasuk pada lingkup pelajarannya. Tanggung jawab lainnya: membantu beberapa teman –hari ini baru Iga dan Diska, menemukan fakultas yang tepat sesuai minatnya.
-Hampir lupa. Saya juga harus berperan sebagai editor untuk majalah sekolah yang baru digagas. Kemudian, saya juga ingin menuliskan surat untuk kepala sekolah, karena, di depan kantornya sudah ada kotak saran, sekarang. Pasti menyenangkan!

- Rumah: Beberes kamar. Ini wajib. Mengelompokkan buku-buku dan majalah (Bahkan, jika sempat, memberi label pada tiap-tiap barang, kemudian membuat daftar inventariat-nya). Lemari buku yang lebih ringkas –lemari baju yang demikian juga, Arkivasi kertas-kertas ujian sekolah, bentuk cetak presentasi seminar-seminar, juga sebisa mungkin agak tega membuang yang sebenarnya tidak terlalu perlu.
Nah, jika kamar sudah beres, saya pun tidak perlu stres jika kamar sebelah –si kakak dengan bayinya memerlukan bantuan saya. Minggu-minggu ini, saya suka tertekan jika harus membantu sang bayi –karena mikirin kamar yang sebegitu seremnya. Walaupun, ujung-ujungnya senyum juga liat si bayi . Lha, gimana ndak stres, kadang, kamarku masih berantakan, si kakak sama bayi sama mama suka tiduran di kamar, sambil nonton sinetron Cinta dan Anugerah. Bisa nangis aku!
Oh, ya. Kepingin membuat desain untuk workspace juga: tempat baca koran, tempat baca buku, tempat baca majalah; tempat nulis, tempat ngerjain tugas, tempat bikin draft; tempat main laptop, tempat ngerjain tugas di laptop, tempat mbikin presentasi sama memoderasi foto di laptop.

- Organisasi: Saya jadi bendahara untuk organisasi remaja di gereja saya. Dan, ini berarti, harus bantu juga untuk acara natal. Belum lagi, sifat saya yang langsung nyebur kalo lagi banyak inspirasi –saya ngajuin untuk bikin liturgi dengan bahasa sendiri (biasanya ayat-ayat). PMI, udah agak longgar, lah. Koordinator Forum yang baru sudah dipilih. Tapi, saya kebagian jadi dewan penasihatnya lagi. Ampun!

- Tubuh: Mulai dari outfit sampe kosmetik: Baju-baju dan celana yang lebih menarik; kosmetik dan toiletries yang lebih enak; sampai parfum yang sesuai occasion. Sempet ngidam beli EDT-nya Adidas. Yang Ice Dive, notes-nya terdengar uenakkk!

*belum selesai, tapi udah gatel pengen diunggah.