I hav finished reading
Untung tak dapat diraih, Malang apel ijo-nya asem; gayung bersambut(!). She replied: "Ayo!
Q lg ngrancang crta, masi blum jls jd cerpen ato kbntuk yg lbh pnjang. Gaya lesbiolanya bgus. Dpet ide pas lg mandi (saat produktif: mandi n boker). K? Ujang?"
-FYI, K merujuk ke "ka"-dialek Bangka-: kamu -dalam bahasa Indonesia- dan Ujang adalah cerpen terbaru saya:
Saya ingin membalas ini [On SMS, i should remind u!]: Sama! ku dapet ide bagus waktu mandi atau be*ak. Tentunya mengajarkan bagaimana seorang Q muda yang "fine".
-lucu. Biasanya saya mengutuk keseragaman-
[End of SMS]
Sayangnya, pulsa habis. There.
Perlukah ini dibahas lebih lanjut? Saya punya cerita lain lagi: I wrote to Rizal Mallarangeng.
Err.. Rizal, i'm not picking side; but, here goes:
You don't have to be a president to weave that nice dream. Be something else; better: an Independent Hero.
Hero doesn't spend his money on campaign; he spend it on building a better workshop -with better Code of Conduct; better social welfare; more humane- on answering to the case of suffering labour in Indonesia.
Hero doesn't dream to much on wide-spreading the idea of fine youth; Hero does it now, Hero does it here: Go catch urself another dream weaver. Find youth with brilliant ideas. Campaign nationality, not self. Publish appreciation to creativity, not smiling picture of yours.
Be Hero, Rizal. Real one. The Hard-cored one.
--------------
Sayangnya, itu posting terakhir sudah setahun yang lalu. Mungkin semangat si kumis itu juga sudah redup. Bah! -Oke, Ms Dian Ara, i've breach HAKI and used ur trademark "Bah!". Curse me, tie me tight, anything!-
Err.. apa lagi yang harus saya ceritakan? Kecemasan? Ya, itu: kecemasan. Tampaknya, 2 hari ini saya terlalu memberatkan diri. Saya ketakutan akan apa yang akan menanti di hari minggu ini: Kampanye Calon Ketua Koordinator Forum PMR Cabang Pangkalpinang. Saya takut. Saya tidak yakin lagi pada diri saya. Ada yang tahu kenapa? Ada yang tahu? Anyone? -silence- Self-esteem case, u human!: Saya pencemas, dan sekarang takut jatuh terlalu dalam pada satu dunia. Tahu sendiri -bagi yang sayang-, saya penakut; saya selama ini mengikuti intuisi untuk tetap jadi pengamat. Sayangnya, kali ini berbeda. Ada bisikan lain: berubahlah. Yang saya ikuti bukan intuisi -mungkin-, melainkan konsolidasi atas stagnansi -mungkin-: Saya dan kemalasan saling membuat alasan untuk semakin dalam menancapkan akar-ikat masing-masing. Bodoh? Kenapa tidak ada yang mengingatkan? -nyalahin orang-. Oh, well, i'm confronting it by now. Heave ho, yo biatcho!
Sekarang apa, ya? Saya masih cerewet, nih. Pingin cerita acara belanja ke pasar kemarin, tapi lagi capek ngomel; taro fotonya aja, ya. Go see my blog!
Daily Blabbers
Label: being a blabbertongue, Ngomel |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar