Err.. hai.
Sudah cukup lama saya tidak “buang hajat” di sini, ya. Saya terlanjur cinta pada ujung presisi pena, bau arang pensil, dan garis-garis horizontal (yang mirip partitur,) pada kertas. Saya sibuk mengkhayal, membuat lingkaran-lingkaran peta pikiran, Charta, Diagram, Struktur, Tanya-Jawab, Permasalahan-Penyelesaian, Sebab-Akibat, dan... (berniat meneruskan serapah ini? Tak usah, ya.)
Kini, saya kembali untuk memberi pertanggungjawaban. Saya menghadap kamu sekarang untuk menjelaskan keadaan kita yang lalu dan kini, juga apa yang akan kita lakukan kini dan nanti.
Saya baru sadar blog ini membosankan pembaca. Dan, yaaah, apa yang bisa saya harapkan dari blog yang isinya kisah sehari-hari? (dan itupun tidak vulgar, sebagaimana yang disukai pangsa pasar media). Eh, saya malah berharap dapat komentar. Lucu, kan? Mengharap dapat komentar atas apa yang sebenarnya dialami sehari-hari. Itu kalau masih komentar, lha, ini? Kadang saya ngarepnya dipuji. (Kalo kelewat, bilang aja.) Karena itu, saya akan mulai mengorganisir. Liat label-label posting pada blog ini? Kelihatan sekali saya tidak niat membuat semua ini teratur. Itu akan kita ubah. Saya menawarkan 3 label besar: Idea Vault, The World Reviews dan Ember Muntah (Err.. bisa diganti).
Idea Vault akan menampung gagasan-gagasan saya yang seharusnya bisa hidup. Daripada menunggu konsep-konsep ini dibayar, saya jejerkan saja gratis. Toh, sebenernya, originalitas itu ndak ada. Ide sebenarnya adalah materi energi. Ia bisa saja melompat dari cerebrum yang satu ke cerebrum lain. Ini yang memungkinkan adanya pembacaan pikiran. Nah, kalo saya sebenarnya tidak sadar mengambil ide orang yang lewat atau yang blognya saya mampiri, moso’ saya harus minta bayar atas ide tersebut? Yah, lain urusan kalo nanti saya beneran kerja dan dikasih proyek (serta diberi tugas konsepsi rancangan).
Ember Muntah (atau apapun nama lainnya nanti), tentu saja, akan menjadi penampung omel-omel personal saya. Be it infatuations, perils, travails, you name the mood! Karena ini label besar, mungkin akan saya perinci menjadi beberapa label kecil. Khusus yang ini, mungkin berdasarkan mood.
The World Review, sebagaimana ia berbicara, akan menjadi ruang saji bagi ulasan-ulasan saya atas apa saja. Dan, yah, label kecilnya –kemungkinan- : Seni Berwujud (Produk Kreatif –Kuliner, Musik, Teks, Gambar), Pertujukan Seni (Acara, tentu), Fenomena (D’oh, apa saja yang terjadi.), dan, mungkin, produk (Err.. Shower Cream, misalnya :D )
Yah, nanti, mungkin, rancangannya saya buat di kertas dulu.
Sebelumnya, ayo kita cari-cari kekurangan si blog ini:
- Templatenya gimana? >> Saya, koq, ndak tega menggantinya, ya? Kemungkinan, saya akan buat 3 blog baru dengan template yang berbeda. Karena, moodnya juga beda, toh? Paling nanti maling dari btemplates.com
- .... >> (Sebelum dikasih tau masalahnya, saya sudah buat jawabannya) Eksposur diri saya akan diperbanyak. Dengan achtung! Achtung!, tentunya (*Peringatan. Tau sendiri gimana galaknya saya di fezbuk)
- ... >> Iya, iya. Nanti saya buatkan button yang banyak. Untuk apa saja, sih? Twitter, IM, Plurk
- ... >> Hyperlink di tiap post akan lebih dibuat tahu diri. Kalo udah jelas-jelas merujuk pada informasi yang terdapat di situs tertentu, atau pihak tertentu, mbok yo dibuatkeun tautannya.
- ... >> Formatting? Termasuk di template, lah. The mood, mon bebe, is the fatal embryo.
Ada lagi, nteu? Sambungannya belakangan, lah. Serius, saya harus balik lagi ke Speedy biar lebih puas berselancarnya.
Err.. hai
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar