Lucu ya.
Satu, sering ngomong i love you, kalo sms-an awet lama, tapi keras. Badboysnya brutal. Rebelde Way (lho koq?)
Yang dua, ga ngomong i love you, tapi pernah meluk dari belakang. Ngajak belajar ke rumahnya berdua aja padahal rumahnya jarang kosong. Seingat saya, yang satu ini sok. Supremasis. Superior. Tapi, koq, pas tadi wawancara, justru dia kalem? Apa emang pinter ngomong?
Yah, kalau tidak dihadapkan dengan keduanya, saya lebih punya preferensi ke yang pertama, sih. Tapi, koq. Rasa-rasanya dia hanya jadi substitut yang kedua? I mean, they're so alike.
Ah, tapi itu urusan lain, sih.
Yang ini profesional dulu. Antara mereka berdua saya pilih yang kedua. Karena, dia yang paling politis. Jika yang menjabat Ketua OSIS adalah orang yang lebih mengedepankan ego dan pembuktian.. eh, tunggu. Ini sekedar opini saya saja, lho. Saya toh tidak punya otoritas untuk menentukan. Saya hanya memberikan masukan saya, dan menjadi sekelumit bagian dari lingkaran bulat keputusan yang kelak diambil.
Yang pertama, saya nilai terlalu keras. Okay, maybe he's a good friend. But, he's not a good diplomat. He's not neutral.
And for the second one, he's not a good friend. But, i guess, he's a good diplomat. He's a good actor, afterall.
Ingat ya, ini urusan profesional.
Masalah siapa yang saya pilih, nantilah!
Tentang mereka, sekali-kali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar