Kuriosita yang ini dibangkitkan obrolan selewat dengan Kak Merry di gereja minggu ini. Bukankah menurut linear waktu, masa-masa sebelum 25 desember adalah masa-masa penderitaan Yusuf dan Maria? Kenapa di gereja yang kami kunjungi ini, natal bahkan dirayakan tanggal 12, 17, dan tanggal-tanggal lain di bawah 25. Mungkinkah ini hanya masalah linear waktu yang tidak diikuti saja, atau kita memang sedang "merayakan" istilah "raya"?
Mungkinkah, yang sebenarnya terjadi adalah, fokus dari peringatan hari kelahiran ini bukan lagi esensi yang sama dengan yang lama? Tapi, atas nama modernitas, lebih pada pemaknaan perayaan keluarga, festivities liburan, dan sebagainya?
-Entahlah.
foto dari sxc.hu
4 komentar:
Hahaha, betul juga sih ;-) tapi, kalau nggak salah, tanggal Tuhan Yesus lahir juga bukan 25, kan? Aku juga agak2 bingung sih ;-) sepertinya sekarang maknanya kurang terasa ya ;-) lebih ke arah, mewahnya.
Bukan 25?
Epiphany 6 Januari, maksudnya?
Iya sih - -"
Tapi, mungkin sekarang "yang penting niat" kali ya? - -"
huhu..
sebut saja hari "libur internasional dengan makna terserah anda"
Yep. Pemaknaan all the way.
And wether it was a product of public pact, or public was controlled by it,
it existed.
Posting Komentar