Garis Piksel

Saya masih kebingungan akan memulai cerita dari mana –padahal saya sedang memulainya sekarang, ya-
Saya menyalahkan banyak faktor untuk kebingungan yang saya hadapi sekarang. Faktor dalam, sudah pasti; luar juga tidak luput. Saya menyalahkan Tuhan yang merencanakan bahwa semua remaja harus melewati fase bingung. Saya juga menyalahi Nya yang suka menantang ciptaannya dengan persimpangan-persimpangan sesat yang sebenarnya ujungnya sama saja (. Ini seperti seorang yang sudah tahu akan dilamar, tapi masih terkejut saat menemukan cincin dalam kue meringue).
Agar adil, saya juga akan memberi atribusi pada asuhan lingkungan: Orangtua, dan tetua lainnya. Kalian juga, tentunya. Jangan pernah berharap akan luput. Karena, kita semua terhubung dalam satu benang tembus-pandang yang.... kadang menyebalkan.
Dan terakhir, pada makhluk cakep yang selalu memelototi saya setiap kali saya berkaca. –Oh, wait, cakep?-

Fase lalu (yang mengusung tema lingkaran –yaitu bahwa semua adalah nisbi dan semua adalah satu-) harus rela memberikan tempatnya pada fase kini –yang membawa kisah baru: Garis. Setiap hal memiliki perbedaan yang jelas, karena kodrat mereka unik. Masing-masing berdiri dengan dimensi yang berbeda gurat. Setiap hal dipisahkan dengan satu garis jelas (. Mungkin garis itu berwarna hitam. Mungkin). Namun, di titik pemisahan kita akan menemukan batas piksel. Dalam setiap warna piksel, ada spektra yang padu; ber-fusi. Infusi, konfusi. Di sinilah titik bingung itu: konfusi. Manusia seringkali ribut karena berbeda. Namun, saat menemukan kesamaannya, saya kebingungan.

Saya kebingungan saat tiba-tiba ada seorang-duaorang yang berlidah mirip dengan saya; Saya kebingungan saat ternyata ada yang merasakan perasaan yang sama dengan yang sedang saya rasakan; Saya kebingungan kala ada seseorang yang menerbitkan ide yang sama dengan saya, pada waktu yang sama pula.
Salahkan dimensi waktu untuk itu. Apa yang terjadi di masa lalu membentuk kita yang sekarang. Jika hari ini saya sama dengan-nya, ada kemungkinan saya sudah sama dengannya dari jaman-jaman kapan; dari tempo-tempo dulu.
Konfusi membawa kita pada pencerahan, seingat saya Confusius pernah bilang begitu. Kurang lebih. Kurang boleh jitak, lebih –silahkan sebut saya lebay.
Tujuan saya menulis ini? Saya ingin memperkenalkan kalian pada diri saya yang baru. Tidak, tidak sebaru itu. Saya hanya bertumbuh beberapa senti dan kehilangan jumlah yang sama. Regenerasi, mungkin. Tapi tidak terlalu tepat. Tumbuh? Saya kira itu cukup.
Omel-omel ini harus dituliskan. Atau bisa-bisa saya tertekan lagi.

0 komentar: