"Sibuk, sibuk" (Sebuah permohonan maaf)

Akhir-akhir ini saya merasa sebegitu sibuknya sampai saya kekurangan waktu solitusi; kekurangan waktu bersolilokui; kehilangan waktu hening menikmati "surga kecil" di kamar saya; kehilangan waktu bermalas-malasan.

Saya butuh ruang! Saya butuh jarak! Saya butuh spasi!                                                                              Ah, ya, saya baru teringat untuk menuliskan sesuatu (yang seharusnya dituliskan dari dulu): saya adalah seorang pelajar; kaum kuriosita; saya bukan pemenang; saya bukan semacam praktisi politik yang rela kehidupannya didedikasikan untuk citra baik; juga bukan penerus generasi bangsa satu-satunya sehingga harus cepat-cepat membina keluarga dan beranak-pinak.  

Saya diberi kesempatan belajar. Memuaskan kuriosita. Kurang menyenangkan, kah, itu?

-------------------------------------------------------------------------------------------

Ternyata benar, ya, bersentuhan dengan hal baru adalah bagian dari pemantapan identitas awal. Semakin sempurnalah ujud sang identitas saat ia mampu berhadapan dengan hal-hal lain diluar dirinya. Bukankah begitu?
Sinkronisitas mengedipkan matanya.
Seseorang yang awalnya saya kenal karena curhatannya tentang dirinya (yang ternyata sedikit sama dengan saya) menampakkan dirinya dengan citra yang serupa dengan curhatan itu.
Juga seorang yang lain, ia hadir dengan gambaran keanggunan yang sekaligus rapuh.
Ada lagi yang juga rapuh, juga hampir gila (Ya, walaupun waras dan gila hanya berbatas kesantunan berekspresi, kan? Toh, yang waras bisa saja menyimpan kegilaan. Dan yang gila, tetap punya kewarasan). Ia menghadirkan dirinya dalam lukisan ekspresi mengenai kebebasan (yang gila) dan kegilaan (yang bebas).
Ya, itulah mereka.

Saya adalah bagian dari jaring sinkronisitas. Tidak mungkin saya memungkiri hal tersebut. Ia juga. Mereka juga. Bahkan seluruh semesta.
Semesta tersusun dari galaksi (yang dilihat sebagai satu); galaksi terdiri dari planet (yang bergerak padu); planet berisi makhluk hidup (yang bersatu. Universal suffrage); Makhluk hidup merupakan sistem kompleks dari kesatuan-kesatuan jaringan-organ-organel-sel.

Bukankah segalanya memiliki semangat yang sama: Esa-Nihil-Padu; Satu-Hilang-Bersatu ?

5 komentar:

Rina Suryakusuma mengatakan...

Hai, thanks buat ucapan 'cepat sembuh' untuk Irish ;-) Kamu sendiri, apa kabarnya? Lagi sibuk apa aja nih?

Rina Suryakusuma mengatakan...

Btw Johan, untuk seseorang yang berstatus pelajar, belum ketemu pahit getirnya dunia kerja, pemikiran dan tulisan kamu tidak bisa diremehkan lho ;-) Senang nulis juga ya?

Johan Tampubolon mengatakan...

Lagi sibuk bebenah hidup :D
Kebanyakan kegiatan ternyata bisa bikin kelimpungan, ya - -".
Saya harus banyak belajar mengatur waktu, nih.

Ehm? Seneng nulis? Cuma di blog aja, sista. Itu juga keliatan banget ngalur-ngidulnya. Kebanyakan tulisanku ndak berisi. Maen-maen kata doang, isinya "pooff!" angin.
Ya, namanya juga belajar..

Rina Suryakusuma mengatakan...

Ngelihat kamu, memang sepertinya kamu bukan orang yang 'betah' untuk diam ya ;-)
Tapi sih, menurut aku, malah bagus. Dinikmati, selama kamu masih mampu. Nanti kalau udah growing old, biarpun hati ingin, tapi fisik lebih terbatas kemampuannya ya ;-)

Nggak kok, aku nggak lihat tulisan kamu ngalor ngidul. Cukup berisi,cukup berat, dan penuh pemikiran tentang hidup ;-)

Johan Tampubolon mengatakan...

Sebenernya lebih suka di rumah, kak. Gampang capek, soalnya - -"
Tapi, mungkin, karena sekarang tugasnya belajar, saya harus lebih banyak mengalami dunia. Sekedar mencicipi; belum menyelami.
(Tapi, tetep, capek, euy.. :D)

Eh? Dibilang gitu malah jadi ge-er - -"
Aku malah ndak enakan, ndak bisa nulis yg berguna. Bisanya diari doang :D Itu juga ndak fokus - -"
Ya, anggap latian, lah..
Thx udah mampir, kakakku :)