Selamat pagi, hari.
Hubungan saya dengan kamu (pagi dan siklus hari) mirip perasaan gajah kebun binatang. Sang makhluk nokturnal yang dipaksa memikat - berekspresi, menari (seandainya bisa), menyanyi (ratapan sang makhluk belalai diantara pagar melingkar), atau sekedar membuat bunyi- justru disaat ia mulai mengantuk. Karena penonton bangun bersama matahari, sedangkan kami (ia dan saya, teman sang gelap) mulai melek saat matahari pergi. Ya, dan karena itu juga, kulit kami sama-sama berdaki walaupun rajin mandi; dan tampak keriput meski masih kelompok usia cecurut.
Sinar cerah tidak langsung menyapa saya. Ia hanya berhenti di jendela, mengintip malu-malu. Masuk-tidaknya ia ke kamar saya hanya bisa dengan seijin saya. Cuma boleh jika saya mau berjalan 5 langkah (dari tempat tidur) ke arah jendela, membukanya, dan menyapa (Walaupun, sebelum sapaan saya terucap, ia (hampir) selalu main masuk saja).
---------------------------------------------
Ehm, lagi-lagi serpihan dari saya. Hidupkah ia kelak, atau tak kuat dirinya melawan kematian: entahlah.
Satu lagi tulisan di word. Iseng.
Penerimaan, saya rindu kamu.
Saya merasa terikat, hari ini. Bebat-bebat keinginan duniawi; tali-temali nafsu birahi. Mereka terlalu kuat-kah, atau saya yang lemah? Apakah mereka yang mengikat saya, atau saya yang diam-diam mengijinkan terikat?
Ke mana, kah, satu akan pulang, saat yang biasa dipanggilnya rumah malah membuatnya merasa terbuang?
----------------------------------------------------------------------------------------------