[CERPEN] Ujang Tidak Baik

- Setiap hari, oom datang ke rumah. Ngobrol dengan ayah, lalu mengantar aku ke sekolah. 

- Setiap hari, saya datang ke rumahnya. Melepas rindu. Biasanya kami berciuman sebentar; saling sentuh - namun tidak lama-. Kami harus melakukannya dengan singkat. Karena, hanya ini waktunya: saat istrinya sedang ke pasar. Alasan saya? Mengantar anaknya ke sekolah. 
 - Setiap hari, ia datang ke rumah. Bercinta ringkas. Mau bagaimana lagi? Saya sudah punya istri. Bahkan, anak. Tapi, saya suka. Saya menikmati permainan ini. Saya merasa jadi pria yang hidupnya penuh tantangan. (Saya lelah dengan segala kebosanan). 
 - Hari ini saya akan membunuhnya. Saya tidak ke pasar. Saya beli sayur pagi-pagi di Ujang (tukang sayur keliling). Saat saya pulang ke rumah -sehabis nongkrong di pangkalan ojek di ujung gang, minta digoda-, Ia -si Ujang- biasanya sudah di depan rumah saya: akan mengantar si Buyung. 


[Hari ini tidak biasa] 
 - Aku sakit perut. Tidak sekolah. 
 - Anaknya sakit perut. Tidak perlu saya antar. Kami bisa lebih lama. 
 - Anak saya tidak sekolah. Tidak diantarnya. Kami bisa bercinta agak lama Saya bisa merasa lebih tertantang. Kebosanan mungkin terpuaskan. 
 - Buyung sakit perut. Saya tidak harus buatkan sarapan pagi-pagi. Mungkin bisa lebih lama di pangkalan. Jiwa ini rindu dipuja. Saya wanita yang perlu diingatkan bahwa saya cantik. Saya tahu saya cantik. Namun, kangen saya pada belaian lelaki: suami saya tidak lagi mesra (kadang itu membuat saya meragukan kepercayadirian saya). 

 - Ayah dan oom ngobrolnya ribut. Aku tidak bisa tidur. - Saya mendudukinya. Ia menggelinjang; mengerang. Ternyata saya lebih perkasa: dibanding dia yang selalu mau peran pria; saya lebih perkasa.  
- [Hanya sakit. Namun, tidak ingin lepas] 
- Sepeda Ujang kenapa diparkir di depan rumah? Bukankah hari ini Buyung tidak sekolah? Apa mereka bermain sekaligus dengan wanita itu? Keterlaluan, Ujang. Saya kira ia baik. Saya harus menghentikan ini. Sekarang, permainan sudah terlalu rumit. Saya singkap gorden kamar. Dan, ternyata: Tidak ada wanita; hanya Ujang yang tidak baik.

 TAMAT. ----------------------- Err.. ini dibuat tadi pagi. Pas ulangan Matematika. Selesai ulangan, temen baca dan langsung komen: "Gaya bicaranya ndak ada yang beda, ya?" Dan saya langsung mesem. Saya sudah berusaha agar cerpen ini tidak jadi cerita porno. Sayangnya, kebablasan.

4 komentar:

Fa mengatakan...

Sumpah,
ini keren banget!!!!!!!!!!

Johan Tampubolon mengatakan...

Danke, Fa :D

Err.. masih banyak plothole-nya ini, mah. - -"

menjadimanusia mengatakan...

ugh... gw berusaha mencerna... gw seneng banget dengan cara tulisnya... ntar bakal balik lagi baca satu-satu kalo pas ada waktu

Johan Tampubolon mengatakan...

@daysandminds: Makasih udah mampir :D
Err.. "ntar bakal balik lagi baca satu-satu kalo pas ada waktu" -koq kesannya saya simpenan, ya? - -"