Kali ini, hubungan kami membaik! -Coming Out saya pada si Abang-

Beginilah seharusnya kisah ini dimulai: Saya adalah selingkuhan tuhan -dengan huruf kecil-.
Namun, sudah beberapa minggu ini hubungan kami membaik. Ia sering datang menunjukkan kasihnya; Saya pun mulai jarang mengutuk.
Banyak cerita yang ingin saya bagi; ingin saya ijinkan lekat di sini, agar kelak bisa diintip lagi -sambil tertawa; atau tertangis-. Namun, inilah sulitnya menjadi si sini-kini: ingatan saya hanya sekecil kacang! -sehingga, jika kepala saya digoyangkan, akan berbunyi [klutuk, klutuk..]-.

Kemarin, serangkaian nilai dipertanyakan: individualisme, liberalisme, dan komando(isme).
Semenjak abang saya kembali ke Pangkalpinang, keluarga kami mulai sering berkumpul lagi dan berbincang-bincang. Sesekali pembicaraannya pelan (lebih banyak keras). Mama mengajukan pertanyaan: jadikah bapak seperti bapak sekarang jika tanpa keluarga? -tidak ada yang menjawab. Karena, -saat kami berkumpul untuk bercerita- tidak ada yang mendengar. Bagaimana mungkin ada konklusi jika semua sibuk merevisi yang lain?

...dan tadi malam, saya bercerita pada abang saya perihal seksualitas; mengenai saya yang tidak mau membohongi rasa -walau mengendalikannya-; tentang kemampuan saya menjaga diri untuk saat ini -dan keraguan saya atas longevitas status quo-.
Dan obrolan kami ditutup begini: "Keras kepala kamu melawan!".
Begitulah.
Saya berusaha membalikan nilai-nilai yang tadinya mereka pegang erat (seperti Yesus yang mencuci kaki muridnya): Liberalisme yang tadinya dibanggakan abang saya dan ingin ditularkannya pada bapak (,Namun malam itu ia mengutuk liberalisme yang terlalu bebas-tidak-bisa-diatur-seperti-saya.).
Mengenai kepala yang keras (yang membuat abang saya jarang berbicara lembut dengan bapak).

...dan, ya. Sesi bincang kami malam itu diakhirinya dengan pamungkas: "Kita beda 9 tahun, dek".
Terimakasih.

Saya lupa menuliskan: akhirnya saya memberi tanda tanya pada realita yang selama ini saya anggap nyata (,Dan sempat terpikir untuk jadi bocah desa saja.).
Namun, saya lebih senang menunda kebenaran. Jika masih ada waktu untuk melihat-lihat, kenapa saya harus memutuskannya dengan gesa?
------------------------------------------------------

Mengenai gaya hidup pop, saya bergagas komunitas baru: Fine Q!
Saya ingin berbagi pengaruh mengenai bagaimana menjadi homoseksual remaja yang baik. -Ya, saya tahu penetapan baik-buruk itu kurang humanis- Masalahnya, saya sering tidak enak hati melihat teman-teman discreet gay yang tidak lekas keluar dari fase depresifnya; yang kemudian heboh sendiri; Dihina dengan ganas -dan kadang menyukainya-; dan, yaaa... hal-hal sejenis.

[Jinx-Me-Not: Kesalahan saya adalah seringkali tidak berjuang keras melahirkan konsep ini. Mereka sering gugur begitu saja. Apa ini berarti saya adalah si-tidur-yang-lambat-bangun? Lagi-lagi, saya mempertanyakan privasi vakum yang saya anggap sungguh. Jinx-me-not.]
__________________

1 komentar:

Farrel Fortunatus mengatakan...

so sweet... keterbukaan adalah pembebasan jiwa dari beban hidup. salam kenal.